.

Minggu, 11 Oktober 2009

Ilmuwan Berburu Koloni Yang Mirip Dengan Bumi
PLANET-planet baru terus bermunculan sejak kali pertama Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menjalankan misi pencarian kehidupan lain di luar bumi pada 1995. Misi itu bertujuan menemukan planet berbatu yang mengorbit di zona kehidupan (habitable zone) di sekitar bintang. Sejak saat itu, setidaknya total sekitar 350 planet di luar sistem tata surya ditemukan. Namun, kebanyakan merupakan planet gas berukuran besar dengan karakter seperti Neptunus dan tidak sesolid bumi.

Kabar terbaru yang muncul, NASA berhasil menyempurnakan identifikasi yang terkait dengan planet Corot-7b. Planet tersebut berada di luar sistem tata surya (exoplanet) dan mengitari bintang lain selain matahari. Jarak tempuhnya sekitar 500 tahun cahaya dari bumi. Corot-7b kali pertama terdeteksi pada Februari 2008 oleh satelit French-led Corot dengan menggunakan teleskop luar angkasa sepanjang 30 cm.

Teleskop itu diluncurkan European Space Agency pada Desember 2006. Kemampuannya memang dikhususkan untuk mendeteksi planet berbatu di luar sistem tata surya. "Itu (Corot-7b, Red) adalah planet berbatu pertama yang ditemukan berada di sistem lain (di luar tata surya, Red)," ungkap Artie Hatzes, seorang astronom dan direktur Thuringer Observatory di Jerman, kepada CNN. "Itu merupakan ilmu pengetahuan yang menggetarkan jiwa dan mengagumkan. Kami melakukan segalanya untuk mempelajari objek tersebut," ungkap Didier Queloz, kepala tim observasi dan pemimpin proyek observasi Jenewa di Switzerland.

Komposisi planet dalam rasi bintang Monoceros, The Unicorn, tersebut mirip dengan bumi. Tetapi sayang, planet itu termasuk goldilocks zone. Yaitu, memiliki suhu yang sangat ekstrem sehingga tidak mungkin untuk ditinggali makhluk hidup. Queloz yang merupakan astronot Swiss tersebut mengungkapkan, suhu Corot-7b saat siang bisa mencapai sekitar 2.000 derajat Celsius. Suhu itu membuat Corot-7b disebut juga sebagai planet lahar. Sedangkan saat malam, suhunya bisa mencapai minus 200 derajat Celsius. Dengan suhu seekstrem itu, tentu saja kecil kemungkinan makhluk tinggal di sana, terlebih lagi manusia.

Suhu ekstrem Corot-7b disebabkan letak planet yang dekat dengan bintangnya. Corot-7b berjarak 2.560.000 km dari bintangnya, 23 kali lebih dekat daripada jarak Merkurius terhadap matahari. Hatzes menambahkan, keadaan itu juga disebabkan salah satu sisi planet selalu menghadap bintangnya, sedangkan sisi lainnya tidak.

Begitu pula orbitnya yang lebih cepat daripada bumi, yang hanya seluas 2,5 juta km dari bintangnya. Planet itu mengorbit sekali setiap 20 jam dengan pergerakan 745.600 km per jam. Corot-7b adalah planet terkecil di luar sistem tata surya kita dengan massa lima kali bumi. Meski begitu, para penemu menyebutnya super-earth.

"Kami pikir (Corot-7b, Red) tidak memiliki atmosfer untuk membagi panas," tutur Hatzes kepada CNN di Barcelona, Spanyol, saat menghadiri konferensi Pathways Towards Habitable Planets.

Sebelum Corot-7b, para ilmuwan takjub dengan temuan Europa, satelit Yupiter yang seluruh permukaannya tertutup air dalam bentuk padat (es) maupun cairan. Diperkirakan, kedalaman air beberapa tempat di Europa mencapai 100 km. Sebagai perbandingan, kedalaman lautan terdalam di bumi sekarang 13 km.

Namun, seperti Corot-7b, juga ada kesulitan bagi sebuah kehidupan ruang angkasa di Europa. Sebab, permukaan Europa berupa tanah kosong tertutup es. Tetapi, kemudian para ilmuwan menduga Jovian, bulan Europa, memiliki inti panas dan bagian dalam kawasan air berupa lautan luas yang gelap. Lautan itu dipenuhi bentuk kehidupan asing yang diam-diam sudah berevolusi selama miliaran tahun.

Sedemikian besarnya daya tarik aspek biologi Europa, bahkan sebelum dipublikasikannya temuan mengenai Mars, para ilmuwan berencana menyelenggarakan pertemuan untuk mendiskusikan kehidupan janggal yang mungkin ada di Europa. Mereka melobi agar diselenggarakan misi eksplorasi baru ke Jovian.

Kandidat pengganti bumi lain adalah satelit Saturnus, Enceladus. Misi tanpa awak, Cassini, yang tiba di Saturnus pada 2005 dan menyelidiki planet bercincin itu, telah berhasil mengumpulkan kemungkinan kehidupan di satelit tersebut. Sejak itu, para peneliti memang terkesima dengan Enceladus. Apalagi, Cassini kemudian mengungkapkan alur partikel cincin dan uap air yang menyembur ke luar pada area kutub selatan.

Walau asal usulnya masih diperdebatkan, beberapa model yang ada menyebutkan bahwa satelit itu memiliki air laut di bawah permukaan. Jika benar, laut tersebut merupakan potensi untuk habitat kehidupan asing di satelit berdiameter 500 km itu.

Penemuan berbagai planet tersebut menunjukkan bahwa alam terdiri atas planet kecil dalam jumlah banyak. Galaksi berisi 10 miliar planet kecil, bumi termasuk salah satunya. Kebanyakan terlalu jauh atau terlalu dekat dari matahari. Letak itu membuat planet terlalu panas atau dingin.

Pencarian terus dilanjutkan. Harapannya, planet yang mirip bumi dapat ditemukan 20 atau 30 tahun lagi. Para ilmuwan juga berharap memiliki teleskop berukuran lebih besar dengan diameter 16 m. Sehingga, alat tersebut cukup kuat dalam mendeteksi planet di goldilock zone. Teleskop terbaru saat ini adalah James Webb Space yang berdiameter 6,5 m. Alat itu milik NASA dan dijadwalkan diluncurkan pada 2014. (war/kim)(Jawa Pos)

Comments :

0 komentar to “ ”

Posting Komentar

Flag Counter


Advertisement

shining watch bracelet and accesspries
Hyprobulksms

Link Exchange Code

Statistik Blog

free counters
Google PageRank
 

Copyright © 2009 by keramik, souvenir, keramik souvenir, souvenir keramik, perusahaan keramik souvenir